Jumat, 12 Juli 2013

PENDEKATAN DALAM BELAJAR MENGAJAR


Dalam kegiatan belajar mengajar baik di sekolah ataupun di luar sekolah sangat diperlukannya interaksi antara guru dan murid yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan target dari guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang terjadi antara guru dan murid. Dalam interaksi ini, sangat perlu bagi guru untuk membuat interaksi antara kedua belah pihak berjalan dengan menyenangkan dan tidak membosankan. Hal ini selain agar mencapai target dari guru itu sendiri, siswa juga menjadi menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, serta lebih merasa bersahabat dengan guru yang mengajar.
 Pendekatan Pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan segala perbedaan, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam pengajaran. Ada beberapa pendekatan yang diajukan dalam pembicaraan ini dengan harapan dapat membantu guru dalam memecahkan berbagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar. Berikut ini adalah penjelasannya :
  1. I.       Macam-macam Pendekatan Pembelajaran
  2. Pendekatan Individual
Pendekatan individual merupakan pendekatan langsung dilakukan guru terhadap anak didiknya untuk memecahkan kasus anak didiknya tersebut. Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.

  1. Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok merupakan pendekatan yang dilakukan guru dengan cara mengelompokkan anak didiknya sesuai dengan kriterianya demi tercapainya kegiatan belajar mengajar. Ketika guru ingin menggunakan pendekatan kelompok, maka guru harus sudah mempertimbangkan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan. Fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akan diberikan kepada anak didik memang cocok didekati dengan pendekatan kelompok. Karena itu, pendekatan kelompok tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus mempertimbangkan hal-hal lain yang ikut mempengaruhi penggunaannya.
  1. Pendekatan Klasikal
          Pengajaran klasikal merupakan kegiatan mengajar yang tergolong efisien. Secara ekonomis, pembiayaan kelas lebih murah yaitu ada batas jumlah minimum siswa yang pada umumnya tiap kelas berkisar dari 10 – 45 orang. Pembelajaran kelas berarti melaksanakan dua kegiatan sekaligus, yaitu : (i) Pengelolaan kelas, dan (ii) Pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar dengan baik. Pengelolaan kelas dapat terjadi masalah yang bersumber dari kondisi tempat belajar dan siswa yang terlibat dalam belajar. Fasilitas belajar yang rusak serta adanya gangguan dari sekelompok siswa merupakan salah satu sumber masalah dalam pembelajaran.
Pengelolaan pembelajaran bertujuan mencapai tujuan belajar. Tekanan utama pembelajaran adalah seluruh anggota kelas. Di samping penyusunan desain instruksional yang dibuat, maka pembelajaran kelas dapat dilakukan dengan tindakan sebagai berikut: penciptaan tertib belajar dikelas, penciptaan suasan tenang dalam belajar, pemusatan perhatian pada bahan ajar dan mengikutsertakan siswa belajar aktif, dan pengorganisasian belajar sesuai dengan kondisi siswa.
  1. Pendekatan Bervariasi
Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permasalahan anak didik yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan. Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik biasanya bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula. Misalnya, anak didik yang tidak disiplin dan anak didik yang suka berbicara akan berbeda pemecahannya dan menghendaki pendekatan yang berbeda-beda pula. Demikian juga halnya terhadap anak didik yang membuat keribuatan. Guru tidak bisa menggunakan teknik pemecahan yang sama untuk memecahkan permasalahan yang lain. Kalaupun ada, itu hanya pada kasus tertentu. Perbedaan dalam teknik pemecahan kasus itulah dalam pembicaraan ini didekati dengan “pendekatan bervariasi”.
  1. Pendekatan Edukatif
Apa pun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti dendam, gengsi, ingin ditakuti dan sebagainya.
Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan di kelas ketika guru sedang memberikan pelajaran, misalnya, tidak tepat diberikan sanksi hukum dengan cara memukul badannya hingga luka atau cidera. Ini adalah tindakan sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan pendekatan yang salah. Guru telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan, karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif adalah setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma hukum, norma susila, norma moral, norma sosial dan norma agama.
  1. Pendekatan Keagamaan
Khususnya untuk mata pelajaran umum, sangat berkepentingan dengan pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ilmu itu tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran umum. Tentu saja guru harus menguasai ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan mata pelajaran yang dipegang. Misalnya: surah Yasiin ayat 34 dan 36 adalah bukti nyata bahwa pelajaran biologi tidak bisa dipisahkan dari ajaran agamanya. Akhirnya pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperbaiki kerdilnya jiwa agama di dalam diri siswa, yang pada akhirnya nilai-nilai agama tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini, dipahami, di hanyati dan di amalkanselama hayat siswa di kandung badan.
  1. Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan, secara lisan maupun tulisan. Bahasa Inggris adalah bahasa asing pertama di Indonesia yang dianggap penting untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya dan pembinaan hubungan dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Dalam rangka penguasaan bahasa Inggris tidak bisa mengabaikan masalahpendekatan yang harus digunakan dalam proses belajar mengajar. Kegagalan penguasaan bahasa Inggris oleh siswa, salah satu sebabnya adalah kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru selain faktor lain seperti faktor sejarah, fasilitas dan lingkungan serta kompetensi guru itu sendiri. Hal ini perlu dipecahkan, salah satu alternatif ke arah pemecahan masalah tersebut diajukanlah pendekatan baru, yaitu pendekatan kebermaknaan.
  1. II.    Model Pembelajaran berdasarkan Teori-teori Belajar
    1. Model Interaksi Sosial
Model ini menitikberatkan pada hubungan antara individu dengan masyarakat atau dengan individu lainnya. Fokusnya kepada proses realita. Model ini berorientasi pada prioritas terhadap perbaikan kemampuan (abilitas) individu dalam berinteraksi dengan orang lain, perbaikan proses-proses demokratis dan perbaikan masyarakat.
Dalam model ini tercakup beberapa jenis strategi pembelajaran, yaitu:
1)      Kerja kelompok; tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan dalam bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan interpersonal, dan keterampilan menemukan dalam bidang akademik.
2)      Pertemuan kelas; tujuannya untuk mengembangkan pemahaman mengenai diri sendiri maupun terhadap kelompok.
3)      Pemecahan masalah social atau inquiry social; bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah social dengan cara berpikir logis dan penemuan akademik.
4)      Model laboratorium; bertujuan untuk mengembangkan kesadaran pribadi dan keluwesan dalam kelompok.
5)      Model pengajaran yurisprudensi; bertujuan untuk melatih kemampuan mengolah informasi dan memecahkan masalah social dengan cara berpikir yurisprudensi.
6)      Bermain peranan; bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa menemukan nilai-nilai social dan pribadi melalui situasi tiruan.
7)      Simulasi sosial; bertujuan untuk membantu siswa mengalami berbagai kenyataan social serta menguji reaksi mereka.
  1. Model Proses Informasi
Model ini didasarkan pada belajar kognitif, berorientasi pada kemampuan siswa dalam memproses informasi dan sistem-sistem yang dapat memperbaiki kemampuan tersebut. Model ini berkenaan dengan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan berpikir produktif, serta berkenaan dengan kemampuan intelektual umu (general intellectual ability).
Beberapa strategi pembelajaran dalam model proses informasi, diantaranya:
1)      Mengajar induktif; bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan membentuk teori.
2)      Latihan inquiry; tujuannya pada prinsipnya sama dengan strategi mengajar induktif, perbedaannya terletak pada segi proses mencari dan menemukan informasi yang diperlukan.
3)      Inquiry keilmuan; bertujuan untuk mengajarkan sistem penelitian dalam disiplin ilmu, dan diharapkan memperoleh pengalaman dalam bagian-bagian lainnya.
4)      Pembentukan konsep; bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir induktif, mengembangkan konsep dan kemampuan analisis.
5)      Model pengembangan; bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan umum terutama berpikir logis, disamping untuk mengembangkan aspek sosial dan moral.
6)      Advanced organizer model; bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memproses informasi yang efisien untuk menyerap dan menghubungkan satuan ilmu pengetahuan (bodies of knowledge) secara bermakna.
  1. Model Personal
Model pembelaaran ini berorientasi pada individu dan pengembangan diri. Titik beratnya adalah pada pembentukan pribadi individu yang tertuju pada kehidupan emosionalnya. Model ini diharapkan dapat membantu individu untuk mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya, dan menjadikannya sebagai pribadi yang mampu membentuk hubungan-hubungan dengan pribadi lain dalam konteks yang lebih luas serta mampu memproses informasi secara efektif.
Model pembelajaran personal terdiri dari empat strategi pembelajaran, yaitu:
1)      Pengajaran non direktif; bertujuan untuk membentuk kemampuan dan perkembangan pribadi yaitu kesadaran diri (self awareness), pemahaman (understanding), otonomi, dan konsep diri (self concept).
2)      Latihan kesadaran; bertujuan untuk meningkatkan kemampuan self exploration dan self awareness. Titik beratnya pada perkembangan interpersonal.
3)      Sinektik; bertujuan untuk mengembangkan kreativitas pribadi dan pemecahan masalah secara kreatif.
4)      Sistem konseptual; bertujuan untuk meningkatkan kompleksitas dasar pribadi yang luwes.
  1. Model Modifikasi Tingkah Laku
Model pembelajaran ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik. Model tersebut bermaksud mengembangkan sistem-sistem yang efisien untuk mengurut tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memenipulasi penguatan (reinforcement). Para eksponen teori reinforcement telah mengembangkan model-model dan operabt conditioning sebagai mekanisme sentral. Para eksponen tersebut seringkali menunjuk kepada teori modifikasi tingkah laku yang menitik beratkan pada perubahan tingkah laku eksternal siswa sebagai visible behavior lebih dari tingkah laku yang mendasarinya. Operant conditioning telah diterapkan daam bidang pendidikan dan bidang-bidang lainnya, misalnya bidang kemiliteran, disampaikan dalam berbagai model yang berbentuk media-oriented, seperti: pengajaran berprograma, interactive teaching, dan micro teaching.
III. Pendekatan CBSA dalam Pembelajaran
  1. Pengertian CBSA
CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menitikberatkan pada keaktifan siswa. Dalam CBSA, kegiatan belajar diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti: mendengarkan, berdiskusi, membuat sesuatu, menulis laporan, memecahkan masalah, memberikan gagasan/ide, menyusun rencana, dan sebagainya. Disini peran guru bukan sebagai orang yang menuangkan materi pelajaran kepada siswa. Siswa yang aktif, guru hanya memberikan fasilitas belajar, bantuan dan pelayanan.
  1. Kebaikan dan Kelemahan CBSA
Kebaikan-kebaikan CBSA sebagaimana dikemukakan oleh T. Raka Joni:
  1. Prakarsa siswa dalam kegiatan belajar, yang ditujukan melalui keberanian memberikan pendapat tanpa secara eksklusif diminta misalnya didalam diskusi-diskusi, mengemukakan usul dan saran didalam pendekatan tujuan atau cara kerja kegiatan belajar, kesediaan mencari alat atau sumber dan lain sebagainya.
  2. Keterlibatan mental siswa didalam kegiatan-kegiatan belajar yang telah berlangsung yang ditujukan dengan peningkatan diri kepada tugas kegiatan. Baik secara intelektual maupun secara emosional yang dapat diamati dalam bentuk perhatian serta pikiran siswa dengan tugas yang telah dihadapi serta komitmennya untuk menyelesaikan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya.
  3. Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator merupakan sisi lain daripada kadar tinggi prakarsa serta tanggung jawab siswa di dalam kegiatan belajar sebagaimana didalam butir satu dan dua.
  4. Belajar dengan pengalaman langsung (experiment learning) merupakan indicator lain daripada kadar ke CBSA-an kegiatan belajar mengajar.
  5. Kekayaan variasi bentuk dan alat kegiatan belajar mengajar merupakan indicator lain daripada kadar ke-CBSA-an
  6. Indicator terakhir yang dikemukakan dalam masalah ini adalah kualitas interaksi antar siswa, baik intelektual maupun social, emosional sehingga meningkatkan peluang pembentukan kepribadian seutuhnya, terutama yang berkaitan dengan keamanan dan kemampuan bekerjasama didalam memecahkan masalah, baik yang berkenaan dengan kegiatan intra maupun ekstrakurikuler.
Sedangkan kelemahan dari CBSA diantaranya yaitu:
  1. Tidak menjamin dalam melaksanakan keputusan. Meskipun telah tercapai persetujuan atau konsesus, namun keputusan-keputusan itu belum tentu dapat dilaksanakannya.
  2. Diskusi tak dapat diramalkan, pada mulanya diskusi diorganisasi secara baik tetapi selanjutnya mungkin saja mengarah ke tujuan lain sehingga terjadi Free Foryall terutama jika kepemimpinan diskusi tidak produktif.
  3. Memasyarakatkan agar semua siswa memiliki keterampilan berdiskusi yang diperlukan untuk berpartisipasi secara aktif
  4. Membentuk pengaturan fisik (seperti kursi dan meja) dan jadwal kegiatan secara luwes.
  5. Dapat menjadi palsu (tak murni lagi) jika pemimpin mengalami kesulitan mempertemukan berbagai pendapat padahal dia telah mengetahui jawaban yang diinginkan, sehingga dia menolak pendapat peserta lain.
  6. Dapat didominasi oleh seseorang atau sejumlah siswa sehingga menolak pendapat peserta lain
  7. Jadi kelemahan CBSA, siswa yang pandai akan bertambah pandai, siswa yang bodoh akan tertinggal.
  1. Penerapan CBSA dalam Pembelajaran
Pendekatan CBSA dapat diterapkan dalam pembelajaran dalam bentuk dan teknik:
1)      Pemanfaatan waktu luang
Pemanfaatan waktu luang dirumah oleh siswa memungkinkan dilakukannya kegiatan belajar aktif, dengan cara menyusun rencana belajar, memilih bahan untuk dipelajari, dan menilai penguasaan bahan sendiri.
2)      Pembelajaran individual
Pembelajaran individual adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik perbedaan individu setiap siswa, seperti: minat, bakat, kecerdasan, dan sebagainya. Guru dapat mempersiapkan rencana tugas-tugas belajar bagi para siswa, sedang pilihan dilakukan oleh siswa masing-masing dan selanjutnya siswa aktif secara perseorangan. Teknik lainnya, kegiatan belajar dilakukan dalam bentuk kelompok, yang terdiri dari siswa dengan kemampuan, minat dan bakat yang sama.
3)      Belajar kelompok
Belajar kelompok memiliki kadar CBSA yang cukup tinggi. Teknik pelaksanaanya dapat dalam bentuk kerja kelompok, diskusi kelompok, diskusi kelas, diskusi terbimbing, dan diskusi ceramah. Dalam situasi belajar kelompok, masing-masing anggota dapat mengajukan gagasan, pendapat, pertanyaan, jawaban, kritik dan sebagainya.
4)      Bertanya jawab
Kegiatan Tanya jawab antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa, dana antara kelompok siswa dengan kelompok lainnya memberikan peluang cukup banyak bagi setiap siswa untuk belajar aktif. Kadar CBSA-nya akan lebih besar jika pertanyaan-pertanyaan tersebut tmbul dan diajukan oleh pihak siswa dan dijawab oleh siswa lainnya. Guru memberikan koreksi dan perbaikan terhadap pertanyaan dan jawaban-jawaban tersebut.
5)      Belajar Inquiry/discovery (belajar mandiri)
Dalam strategi belajar ini, siswa melakukan proses mental intelektual dalam upaya memecahkan masalah. Dia sendiri yang merumuskan suatu masalah, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan serta mengaplikasikan hasil belajarnya.
6)      Pengajaran unit
Strategi pengajaran ini berpusat pada suatu masalah atau suatu proyek. Pada tahap-tahap kegiatanbelajar ditempuh tiga tahap kegiatan utama, yakni: tahap pendahuluan dimana siswa melakukan orientasi dan perencanaan awal; tahap pengembangan dimana siswa melakukan kegiatan mencari sendiri informasi dan selanjutnya menggunakan informasi itu dalam kegiatan praktik; tahap kegiatan kulminasi, dimana siswa mengalami kegiatan penilaian, pembuatan laporan dan tindak lanjut.
Evaluasi
1. Sebutkan minimal 4 Pendekatan dalam kegiatan pembelajaran?
Jawab : Pendekatan Individual, Pendekatan Kelompok, Pendekatan Bervariasi, Pendekatan Edukatif, Pendekatan Keagamaan, Pendekatan Kebermaknaan
2. Apakah yang dimaksud dengan metode Pendekatan kelompok ?
Jawab : Pendekatan kelompok merupakan pendekatan yang dilakukan guru dengan cara mengelompokkan anak didiknya sesuai dengan kriterianya demi tercapainya kegiatan belajar mengajar.
3.  Mengapa Pendekatan dalam pembelajaran sangat diperlukan ?
Jawab : Guna menumbuhkan atau membangun interaksi yang baik antara guru dan siswa guna tercapainya tujuan
4. Sebutkan contoh metode dari pendekatan fungsional ?
Jawab : latihan, pemberian tugas, ceramah, tanya jawab dan demontrasi

1 komentar:

  1. pola-pola pendekatan seperti ini sangat penting untung di fahami seluruh tenaga pendidik utk lebih memahami cara melakukan pembelajaran yg efektif dan efisien.

    BalasHapus