Suatu realita sehari-hari, guru dalam melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), guru belum maksimal dalam memperdayakan potensi dirinya, sehingga masih banyak siswa yang belum mencapai kompetensi individual yang telah tertera dalam kurikulum, sehingga menghambat dalam mengikuti pelajaran selanjutnya. Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman (understanding), tetapi siswa masih sebatas mempelajari (baca: menghafal) fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan menerapkan secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang kontekstual (real).
Kegiatan Belajar Mengajar adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang memadukan secara sistematis dan berkesinambungan kegiatan pendidikan di dalam lingkungan sekolah dengan kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar lingkungan sekolah dalam wujud penyediaan beragam pengalaman belajar untuk semua peserta didik. Ini berarti, diversifikasi kurikulum tidak terbatas pada diversifikasi materi, tetapi juga terjadi pada diversifikasi pengalaman belajar, diversifikasi tempat dan waktu belajar, diversifikasi alat belajar, diversifikasi bentuk organisasi kelas, diversifikasi cara penilaian. Pandangan ini memberikan dampak pada penyelenggaraan KBM. Bila selama ini KBM hanya ditandai kegiatan satu arah penuangan informasi dari guru ke siswa dan hanya dilaksanakan dan berlangsung di sekolah maka KBM dengan nuansa Kurikulum Berbasis Kompetensi ditekankan keterlibatan siswa secara aktif dalam membangun gagasan/pengetahuan oleh masing-masing individu dan lazimnya dapat diselenggarakan dibeberapa lokasi seperti di kelas, lingkungan sekolah, perpustakaan, laboratorium, pasar, toko, pantai, tempat rekreasi, kebun binatang, atau tempat-tempat lain yang ada relasinya dengan materi.
Di era globalisasi ini, masih ada pendidik yang beranggapan bahwa murid atau pelajar sudah dianggap tuntas belajarnya jikalau apa yang diterima siswa sudah sama persis dengan apa yang disampaikan guru. Murid dianggap tidak belajar kalau tidak dapat menghafal apa yang sudah diajarkan oleh guru.
Menurut pemahaman di atas proses belajar dikontrol oleh guru. Apa yang dipelajari siswa dapat diatur dan dibentuk oleh guru. Guru (aktif) menyiarkan informasi dan murid (pasif) menyerap informasi tersebut. Akibatnya guru cenderung memaksa kehendaknya kepada murid dan murid harus mematuhinya.
Kalau masalah ini dibiarkan dan berlanjut terus, maka lulusan para generasi penerus bangsa ini akan sulit bersaing dengan lulusan dari negara-negara lain. Lulusan yang diperlukan tidak sekedar mampu mengingat dan memahami informasi tetapi juga, harus mampu menerapkannya secara kontekstual melalui beragam kompetensi. Di era pembangunan yang berbasis ekonomi dan global sekarang ini diperlukan pengetahuan dan keanekaragaman keterampilan agar siswa mampu memberdayakan dirinya untuk menemukan, menafsirkan, menilai dan menggunakan informasi, serta melahirkan gagasan kreatif untuk menentukan sikap dalam pengambilan keputusan.
Dryden dan Voss (1999) mengatakan bahwa belajar akan efektif jika suasana pembelajarannya menyenangkan. Seseorang yang secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya dan memerlukan dukungan suasana dan fasilitas belajar yang maksimal. Suasana yang menyenangkan dan tidak disertai suasana tegang sangat baik dan mendukung untuk membangkitkan motivasi belajar. Anak-anak pada dasarnya belajar paling efektif pada saat mereka sedang bermain atau melakukan sesuatu yang mengasyikkan.
Menurut Osborne (1985) sebelum belajar secara formal murid sudah memiliki pengetahuan tentang berbagai topik pembelajaran yang secara formal diajarkan guru di sekolah. Karena itu jangan kaget jika mereka sudah memiliki jawaban berdasarkan apa yang mereka ketahui dari pengalaman berinteraksi dengan alam dan orang dewasa terhadap setiap peristiwa yang mereka lihat dan alami. Murid juga bersikap seperti ilmuwan dewasa dimana mereka selalu menguji pengetahuan mereka dan mengubahnya jika mereka merasa pengetahuannya sudah tidak mampu menjawab permasalahan yang mereka hadapi. Oleh karena itu jangan heran jika anak-anak selalu banyak bertanya jika mereka menemui sesuatu yang mereka tidak bisa menjawabnya.
Menurut penelitian, anak-anak menjadi berminat untuk belajar jika topik yang dibahas sedapat mungkin dihubungkan dengan pengalaman mereka dan disesuaikan dengan alam berpikir mereka. Yang dimaksudkan adalah bahwa pokok bahasannya dikaitkan dengan pengalaman siswa sehari-hari dan disesuaikan dengan dunia mereka dan bukan dunia guru sebagai orang dewasa. Apa lagi jika disesuaikan dengan kebiasaan mereka dalam belajar. Kemungkinan ada anak yang tipe belajarnya berbeda-beda ada yang visual, auditorial, atau kinestetik.
Disamping itu dalam menciptakan dan mendukung proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, juga perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain:
- a. Pengelolaan Tempat Belajar
- b. Pengelolaan Siswa
- c. Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran
- d. Pengelolaan Isi/Materi Pembelajaran
- e. Pengelolaan Sumber Belajar
- 2. Bagaimana Suasana Pembelajaran Yang Menyenangkan
seorang guru TK mencoba memasukkan aspek bermain sebagai sarana belajar membaca dan menulis bahasa Indonesia. Kita menggunakan kartu-kartu gambar dan kartu-kartu kata dalam permainan dan diselingi lomba adu siapa cepat.Selain itu bisa juga mengenalkan gambar dan kata yang cocok dengan gambar tersebut sambil sekaligus diucapkan (metode asosiasi gambar dan kata) Murid menjadi tertarik dan terbuka dan hasilnya juga sangat fantastis.
Dalam suatu pembelajaran IPA tentang cahaya dan lensa bisa tidak menggunakan buku paket IPA SD tetapi mencoba membantu pemahaman murid tentang cahaya dan lensa dengan mengajak mereka melakukan kegiatan sendiri menggunakan peralatan yang setiap hari ditemui di sekitar mereka. Selain itu membawa berbagai jenis kacamata yang dibelinya dari tukang loak. Dia juga membawa lilin. Siswa juga diminta membawa kacamata bekas ayah, ibu atau kakak mereka. Dia membagikan kaca mata dan lilin itu ke muridnya dan menyuruh mereka memeriksa kacamata itu dan mencoba melakukan apa saja dengan kaca mata dan lilin. Sesudah itu dia mengumpulkan murid-murid dan meminta mereka menceritakan apa yang mereka temukan dan seterusnya. Hasilnya siswa tidak merasa bosan dan sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut.
Tiga contoh di atas, betul-betul sudah dilakukan dan menunjukan hasil yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa belajar menjadi efektif dan menyenangkan jika dilakukan dalam suasana yang santai dan melibatkan murid secara aktif. Guru tidak berperan sebagai figur yang memaksakan kehendaknya untuk dituruti murid tetapi lebih sebagai teman bermain serta teman yang memahami dan selalu memotivasi mereka.Tidak hanya murid yang merasa senang dalam pembelajaran seperti yang dicontohkan di atas , tetapi gurupun akan mengalami bahwa mengajar itu sangat menyenangkan. Gurupun akan dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan sunguh-sungguh karena dia menyenangi profesinya sebagai guru.
Dari berbagai contoh diatas, apabila kita sebagai guru dapat melaksanakan dan mengembangkan yang lebih kreatif dapat mencipatakan suatu pembelajaran dikelas lebih hidup dan bermakana. Lagipula dapat dilaksanakan dengan rasa penuh disiplin, tanggungjawab, dedikasi serta loyalitas yang tinggi , tidak mustahil akan tercipta Sumber Daya Manusia ( SDM) Indonesia yang handal dan mampu berkompetatif dengan bangsa-bangsa didunia ini dalam rangka menyongsong Era Globalisasi 2012.
KESIMPULAN
1. Dalam turut serta mensukseskan program pemerintah di sektor pendidikan, yaitu meningkatkan kwalitas pendidikan yang handal dan mampu berkompetatif dengan bangsa-bangsa didunia untuk menyongsong era globalisasi 2012, diperlukan tenaga pengajar/guru yang selalu mengedepankan efektifitas pembelajaran serta menyenangkan bagi peserta didik, sehingga pembelajaran tersebut lebih bermakna dan dapat bermanfaat untuk modal masa depan peserta didik tersebut.
2. Situasi dan pengelolaan kelas adalah salah satu aspek yang harus sungguh-sungguh diperhatikan pendidik/guru dalam upaya menciptakan atmosfir pembelajaran dikelas yang efektif dan menyenangkan.
- Guru juga harus pandai-pandainya memanfaatkan sumber alam yang ada disekitar sekolah, sebagai sumber belajar sehingga tidak hanya mengandalkan buatan pabrik.
- Suatu cita-cita yang mulia akan berhasil, jika dilandasi dengan penuh disiplin, tanggungjawab, dedikasi, dan loyalitas yang tinggi pula, tanpa ini impian hanya sekedar mimpi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar